Dekan Melepas Cak Gareng "Ngonthel" Keliling Indonesia
Pada hari jum’at, 3 Agustus 2018 pukul 08.15 WIB, Dekan melepas “Cak Gareng” alias Wijayanto berangkat menuju Denpasar dengan mengayuh sepeda Angin. Pria 36 tahun ini divonis sebagai ODHA pada tahun 2011. Cak Gareng-sapaan akrab Wijianto, mengaku semenjak divonis ODHA, banyak orang mulai menghindar darinya. Semenjak itulah dia berkelana. “Saya pun memutuskan untuk berjalan kaki keliling indonesia mensosialisasikan ODHA agar tidak didiskriminasi,” ucapnya. Aksi jalan kaki itu dilakukan dengan melewati 115 kota di seluruh Indonesia selama 2 tahun 3 hari. Agenda jalan kaki keliling Indonesia itu dilaksanakan pada 7 November 2015 dari Jakarta dan sudah tuntas pada tanggal 10 November 2017.
Selepas aksi jalan kakinya, Cak Gareng kembali mengkampanyekan“anti Diskriminasi bagi ODHA”melalui aksi bersepeda keliling Indonesia. Aksi yang direncanakan melewati 34 propinsi ini dimulai dari Mojokerto pada 25 Juli 2018 dan direncanakan berakhir pada 25 Juli 2020. Pada kunjungnya ke Jember, Cak Gareng menyempatkan diri mampir ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember untuk menghadiri Dies Natalis XVI FKM Universitas Jember.
Cak Gareng menyempatkan berdiskusi dengan Dekan dan beberapa dosen, nampak pula sejumlah aktivis peduli AIDS yang berasal dari Kantor Penanggulangan AIDS (KPA) Jember, LSM Laskar, serta pengurus UKM Komunitas Peduli AIDS (Komplids) FKM Univereitas Jember. Dalam diskusi tersebut ia menceritakan pengalamannya. “Akibat suntik narkoba saya terjangkitnya HIV AIDS,” katanya. Hal ini menjadi pembelajaran tentang bahaya narkoba sebagai salah satu pintu penularan HIV/AIDS.
Aksi bersepeda Cak Gareng ini dalam rangka menyampaikan pesan anti diskriminasi. Ia mengingatkan bahaya HIV/AIDS, mengajak siapa saja mencegah penularannya. Ia menemui mahasiswa, pelajar, pejabat, gelandangan, aktivis, siapa saja. Ia hanya ingin mengatakan, “Jangan ada diskriminasi pada para terinfeksi, sesama manusia punya hak dan harapan yang sama”. Setelah bercengkeramah bersama Dekan dan beberapa dosen, Cak Wijayanto dilepas untuk melanjutkan perjalanan menuju Bali.