FKM Universitas Jember Gelar Seminar Nasional, Angkat Isu Upaya Terpadu Pelayanan Kesehatan pada Wilayah Agro-Coastal

FKM Universitas Jember Gelar Seminar Nasional, Angkat Isu Upaya Terpadu Pelayanan Kesehatan pada Wilayah Agro-Coastal
PHAC-1

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) menyelenggarakan kegiatan Public Health on Agro-Coastal Community Conference 1 (PHAC-1) pada Sabtu & Minggu, 10-11 September 2022. Pada pelaksanaan PHAC tahun ini mengusung tema “Pendekatan Terpadu Upaya Promotif & Preventif pada Pelayanan Kesehatan Berbasis Agro-Coastal Community”. Tema ini diambil karena sesuai dengan visi misi dari FKM dan sebagai institusi pendidikan yang berada di wilayah pertanian, perkebunan, dan pantai  FKM merasa perlu memberikan wadah untuk berbagi ilmu khususnya mengenai kesehatan di wilayah agro-coastal. PHAC-1 ini terdiri dari dua kegiatan yaitu seminar nasional dan juga call for paper.

Kegiatan seminar nasional ini dihadiri oleh sekitar 200 peserta dan dilaksanakan secara hybrid. Peserta yang hadir secara luring mengikuti kegiatan di Auditorium Gedung R. Soedjarwo lantai 5 sedangkan peserta yang hadir secara daring mengikuti kegiatan melalui Zoom Meeting. Pemateri pada kegiatan ini pun memiliki latar belakang yang beragam sehingga upaya pendekatan pelayanan kesehatan yang dibahas tidak hanya dari satu sisi melainkan dari banyak sisi.

Pemateri pertama yaitu Dr. Isa Ma’rufi, Dosen FKM Universitas Jember, yang membawakan materi dengan pendekatan kesehatan lingkungan. Isa Ma’rufi menyatakan bahwa bahaya yang seringkali dialami oleh petani dan jarang disadari yaitu terkait penggunaan pupuk kimia. Pupuk kimia tidak hanya akan membahayakan lingkungan di sekitarnya namun juga dapat membahayakan petani itu sendiri apabila pupuk tidak digunakan dengan bijak. Maka dari itu Isa Ma’rufi menekankan bahwa penggunakan pupuk kimia harus memperhatikan 6T yang meliputi tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat cara. Hal ini dilakukan agar selain pupuk memberikan kesuburan pada tanaman namun juga tidak menimbulkan kesakitan.

Tidak hanya dari sudut pandang kesehatan lingkungan, materi yang diberikan juga melihat dari sudut pandang kebijakan kesehatan yang dibawakan oleh Prof. Dr. Amran Razak, S.E., M.Sc., Guru Besar FKM Universitas Hasanuddin. Prof. Amran menuturkan bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia masih mengalami ketimapangan jika dibandingkan antara kota/kabupaten yang berbentuk daratan dengan yang berbentuk kepulauan. Ambulance yang menjadi salah satu transportasi menuju fasilitas pelayanan kesehatan tentu tidak akan dapat digunakan secara efektif pada daerah yang berbentuk kepulauan, apalagi jika pelayanan kesehatan hanya terdapat di salah satu pulau, sehingga perlu adanya inovasi bagi daerah yang berbentuk kepulauan. Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu daerah yang telah berhasil melakukan inovasi yaitu dengan membuat kapal ambulance sehingga meskipun terpisah oleh lautan masyarakat tetap dapat mendapatkan layanan kesehatan. Selain itu Prof. Amran juga mengatakan bahwa mahasiswa FKM tidak boleh takut untuk terjun ke dunia politik agar dapat memperjuangkan kesehatan. “Mahasiswa kesehatan masyarakat harus berani untuk masuk di dunia politik agar ada yang bisa untuk memperjuangkan kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan” tutur Prof. Amran.

Pada hari kedua pelaksanaan kegiatan diberikan materi dengan pendekatan gizi. Materi ini dibawakan oleh Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM.., M.Kes., Guru Besar FKM Universitas Airlangga. Menurut Prof Mamik, sapaan akrab Sri Sumarmi, ketahanan pangan dan kecukupan gizi perlu didorong dengan kebijakan berupa rencana aksi pangan dan gizi, salah satunya seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Adapun 5 pilar yang perlu diperhatikan dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN PG) yaitu:

  1. Perbaikan gizi masyarakat
  2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam
  3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan
  4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
  5. Koordinasi pembangunan pangan dan gizi

Ketahanan pangan ini perlu segera diwujudkan untuk menekan angka penderita stunting di Indonesia. Stunting ini tidak hanya menghambat pertumbuhan anak melainkan juga menghambat perkembangan otak anak sehingga dapat berdampak buruk bagi masa depan anak dan negara. Menurut Prof Mamik, anak yang mengalami stunting tetap dapat diperbaiki asupan gizinya saat remaja meskipun kemampuan sang anak tentu tidak dapat pulih 100% seperti remaja pada umumnya. “Bayi yang stunting dapat diperbaiki pada masa remaja namun tidak dapat memperbaiki keterlambatan perkembangan otak” tutur Prof Mamik.

Pemateri yang terakhir pada seminar nasional ini yaitu Purwo Setiyo Nugroho, S.KM., M.Epid yang membawakan materi dengan pendekatan Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan. Purwo Setiyo Nugroho membuka materi dengan Teori Maltus yang menyatakan bahwa perkembangan penduduk terjadi secara geometric dan perkembangan pangan terjadi secara aritmatik sehingga perkembangan pangan tidak bisa mengimbangi perkembangan penduduk.  Purwo Setiyo Nugroho juga membandingkan karakteristik daerah urban dan rural, hal ini dilakukan karena kebanyakan daerah pertanian, perkebunan, dan pantai masih termasuk pada daerah rural sehingga fasilitas pelayanan kesehatannya masih belum memadai. Selain itu Purwo Setiyo Nugroho juga membandingkan kebijakan kependudukan antara Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kebijakan kependudukan yang diambil oleh RRT lebih mengekang kepada penduduknya sehingga apabila terdapat penduduk yang melanggar batas mempunyai anak akan langsung dikenakan denda. Berbeda dengan Indonesia yang memilih pendekatan lebih humanis yang awalnya menggunakan tagline “banyak anak banyak rezeki” diubah menjadi “2 anak cukup”. Meski begitu hal ini tentu sulit untuk diterapkan oleh masyarakat rural yang masih berpegang teguh pada kebudayaan setempat.

Selain seminar nasional, juga dilaksanakan call for paper yang presentasinya dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini diikuti oleh 26 peserta yang tersebar dari berbagai daerah dan berbagai kalangan. Dari kalangan umum terdapat peserta dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Mahasiswa pun tak mau ketinggalan contohnya  seperti dari Universitas Mulawarman, Univeritas Airlangga, serta tidak ketinggalan tuan rumah Universitas Jember. Makalah-makalah yang telah diserahkan ke panitia nantinya akan diupload di Jurnal Berkala Epidemiologi, The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health (IJOSH), IKESMA Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan BIOGRAPH-I Journal of Biostatistics and Demographic Dynamic sesuai dengan keinginan peserta. Selain itu pihak panitia juga menyediakan e-proceeding yang bekerjasama dengan UPT Penerbitan Universitas Jember.

Dari terlaksananya kegiatan PHAC-1 ini ketua panitia, Dr. Anita Dewi Prahastuti Sujoso, S.KM., M.Sc., berharap pada pelaksanaan PHAC tahun-tahun berikutnya peserta yang mengikuti seminar nasional maupun call for paper dapat lebih banyak lagi, baik dari dinas terkait, peneliti, dan akademisi. Selain itu harapan dari rektor Universitas Jember, Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng., IPM., agar FKM Universitas Jember dapat menyelenggarakan kegiatan dengan skala internasional.

Penulis: Fikri Putra Prasetyo

Tayangan Ulang