Rangkuman Hasil Kegiatan Edukasi dan Diskusi Stakeholder dalam Penanggulangan KLB Hepatitis A di Jember
Kejadian Hepatitis A di Kabuaten Jember telah berstatus sebagai Kejadian Luar Biasa. Hampir sebanyak 200 pasien hepatitis A yang telah terdaftar hingga akhir tahun 2019 lalu dan diprediksi akan terus meningkat. Sebagian besar dari pasien tersebut diketahui bertatsus sebagai mahasiswa aktif di lingkungan Universitas Jember. Penyebaran penyakit hepatitis A yang dapat terjadi dengan mudah (melalui air minum, makanan, atau sanitasi yang buruk) diduga terjadi pada penjual makanan kaki lima yang berada di sekitar Jalan Jawa, Kalimantan, Sumatra, Karimata, dan Mastrip. Kejadian ini mendorong praktisi di bidang kesehatan untuk segera mengambil langkah-langkah pencegahan. Oleh karenanya, beberapa lembaga organisasi di bidang kesehatan yaitu Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Cabang Jember serta Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember (FKM UNEJ) berinisiatif untuk melakukan kegiatan edukasi kepada pada pedagang di sekitar lingkungan Universitas Jember. Hasil kegiatan tersebut selanjutnya didiskusikan bersama dengan berbagai stakeholder dalam acara lanjutan yaitu Hasil Kegiatan Edukasi dan Urun Rembuk Stakeholder dalam Penanggulangan KLB Hepatitis A di Kabupaten Jember. Rangkuman dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Rangkuman Hasil Kegiatan Edukasi dan Urun Rembuk Stakeholder dalam Penanggulangan KLB Hepatitis A di Kabupaten Jember
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Januari 2020
Tempat : Ruang Kuliah 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Waktu : 09.00 – selesai
Overview
Acara yang diinisiasi atas kerjasama antara Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Cabang Jember serta Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember (FKM UNEJ) ini merupakan aksi tindak lanjut atas adanya kasus KLB Hepatitis A di Kabupaten Jember. Acara ini turut mengundang perwakilan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di sekitar kampus UNEJ dan beberapa stakeholder terkait, yaitu Dinas Kesehatan, Puskesmas Sumbersari, Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Jember, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dan Dinas Koperasi. Terdapat dua kegiatan yang dilakukan dalam acara ini, yaitu edukasi terkait Hepatitis yang dilakukan oleh tim edukasi dari dosen FKM UNEJ yang disampaikan oleh Globila Nurika,S.KM., M.KL dan Focus Group Discussion (FGD) yang di fasilitatori oleh Ketua Persakmi Cabang Jember, Khoiron, S.KM., M.Sc, untuk menghimpun masalah dan alternatif solusi dalam menanggulangi masalah hepatitis A di Kabupaten Jember. Di bawah ini merupakan rangkuman hasil FGD pada acara tersebut :
Tabel 1. Hasil Rangkuman Kegiatan FGD
No | Pihak Terkait | Permasalahan / Tanggapan |
1 | PKL Sekitar Kampus Unej | · Adanya pengecekan pada seluruh penyedia makanan, tidak hanya PKL saja namun juga di warung modern.
· Penyediaan fasilitas seperti air bersih dan mengalir dan tempat sampah untuk PKL · PKL tidak mampu untuk instalasi PAM · Adanya pemasangan baliho terkait PKL di Jl. Jawa membuat rusak citra PKL di Jl. Jawa, mengapa pemasangan baliho tersebut tidak dilakukan di seluruh area kampus. · Memasak makanan di rumah, penyajian makanan dengan menggunakan kertas nasi, namun untuk minum masih menggunkan alat minum yang tidak sekali pakai. · Adanya penumpukan sampah karena pedagang dilarang membuang sampah di malam hari, sehingga sampah menumpuk di tepi jalan. · Penyediaan layanan edukasi kepada para PKL · Kebijakan untuk penyediaan lahan untuk PKL / relokasi · Pembagian air bersih oleh Puskesmas Sumbersari yang merupakan bantuan dari BPBD tidak hanya diberikan kepada PKL yang berjualan di siang hari, namun malam hari juga. · Diharapkan adanya koordinasi dan konfirmasi dengan pengurus atau koordinator PKL terlebih dahulu apabila terdapat kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas atau dinas, tidak langsung menuju ke PKL. |
2 | Dinas Kesehatan (KabId P2P) | · Dinas kesehatan dan jajaran lintas sektor telah berupaya menanggulangi hepatitis A untuk menekan angka kejadian agar tidak semakin meningkat. Upaya yang dilakukan adalah melakukan kunjungan dan edukasi ke warung makan dan PKL sekitar kampus, memrikan sarung tangan plastik dan hand sanitizer sebagai salah satu cara untuk memutus penyebaran virus. Selain itu, dinas kesehatan juga melakukan penyuluhan. Kegiatan ini masih dilakukan pada PKL yang berjualan di siang hari dan akan dilakukan kegiatan serupa untuk PKL yang berjualan di malam hari.
· Perlu adanya sosialisasi hepatitis A secara intensif dan masiv serta pengawasan untuk membantu agar jumlah kasus tidak bertambah. · Melakukan edukasi pada masyarakat secara langsung maupun melalui media. · Peningkatan perilaku PHBS tidak hanya pada penyedia makanan, namun juga masyarakat, terutama mahasiswa · Mengharap kerjasama dengan koordinator PKL untuk melakukan pemantauan. · Untuk penanggulangan jangka panjang adalah adanya alternatif wacana untuk relokasi dan penataan tempat PKL, ada sentralsisasi PKL, benchmarking pada kampus lain dimana disana ada pengaturan PKL termasuk sanitasi. Hal ini perlu dimunculkan sebagai bahan advokasi dan tentu akan saling menguntungkan. |
3 | Kepala Puskesmas Sumbersari | · Puskesmas Sumbersari sudah melakukan upaya penanggulangan di wilayah kerja pada bulan November, ketika menemukan kasus hepatitis di Sumbersari, sebelum ada status KLB Hepatitis A. Upaya – upaya yang dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan kecamatan dan lintas sektor, mengundang para PKL di kelurahan (dilakukan pada bulan Desember).Hal utama yang dikeluhkan oleh PKL di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari adalah ketersediaan air bersih di sekitar tempat berdagang, bahkan ada yang mengaku membeli untuk mendapatkan air bersih. Hal ini sudah dikoordinasikan oleh Puskesmas Sumbersari. Puskesmas Sumbersari tidak bisa memberikan jawaban untuk penyediaan fasilitas air bersih karena bukan wewenang Puskesmas.
· Puskesmas Sumbersari memiliki kendala dalam melakukan penelusuran sumber dan jalur penyebaran hepatitis karena di wilayah kampus, lebih banyak warga pendatang. · Upaya lain yang telah dilakukan oleh Puskesmas Sumbesari adalah dengan melakukan sosialisasi keliling di daerah sekitar kampus, membagikan sarung tangan plastik, apron, dan hand sanitizer pada PKL. Selain itu juga setiap senin malam, bersama dengan personil dari PMI Cabang Jember,BPBD, dan FKM UNEJ melakukan edukasi keliling dengan menggunakan ambulan desa, menghimbau kepada masyarakat terkait waspada KLB Hepatitis A. Selain itu, Puskesmas melakukan tes darah pada PKL, namun hasilnya semua negatif hepatitis A. Kemudian melakukan pembagian air bersih (bantuan dari BPBD) kepada PKL yang berjualan di siang hari di sekitar kampus. · Langkah selanjutnya yang diambil oleh Puskesmas Sumbersari yaitu tetap melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan dan pemerintah daerah, selain itu juga ada upaya untuk pengajuan kepada BPBD terkait penyediaan fasilitas air. |
4 | BAPPEDA | · Berpendapat tidak adil jika PKL dijadikan tersangka atas kejadian KLB Hepatitis karena mahasiswa juga membutuhkan jasa PKL.
· Perlu mengadakan pertemuan antara PKL dan stakeholder seperti ini untuk bersama – sama mencari solusi dan mendukung apa yang menjadi kesepakatan bersama. · Bappeda akan mendukung hasil kesepakatan yang dihasilkan dan menghimbau untuk adanya pertemuan secara berkelanjutan, memfasilitasi dalam melakukan kajian dengan FKM terkait relokasi, dan merencanakan program untuk penanggulangan masalah hepatitis A. · Terdapat bidang khusus di BAPPEDA, yaitu bidang data dan evaluasi untuk pihak FKM apabila ingin mengajukan proposal untuk melakukan kajian tersebut serta memungkinkan untuk bisa berkolaborasi dengan dinas koperasi. |
5 | PMI | · PMI menyambut dengan baik acara ini untuk melakukan perumusan dan perencanaan bersama untuk jangka panjang agar kejadian KLB Hepatitis A dan saling menunjuk subjek penyebab KLB tidak terjadi lagi.
· Sebaiknya melakukan sosialisasi tidak hanya pada saat KLB, namun dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan pada PKL, namun juga pada rumah makan. · Melakukan asessmen dan penanggulangan bersama – sama untuk menemukan benang merah atas kejadian ini, sehingga penanggulangan ini tidak hanya dilakukan oleh tiap pihak, namun secara kolaboratif lintas sektor dan tidak hanya kampus UNEJ, namun kampus – kampus lain yang ada di Kabupaten Jember. · Menanamkan perilaku sehat dimulai dari diri sendiri. · Untuk mencari solusinya dimulai dari analisis masalah dimana harus mengetahui apa penyebab dari hepatitis?. Hepatitis menyebar melalui feses. Hal ini merujuk pada kebersihan lingkungan sekitar. Hepatitis memiliki masa inkubasi 3-4 minggu sampai 2 bulan. Jika dilakukan penelusuran kebelakang menunjukkan bahwa subjek yang terserang hepatits sudah terserang sejak kemarau panjang. Pada saat kemarau panjang, tidak ada air dan air tidak jernih (keruh). Penyebabnya adalah diri sendiri, dimana pada saat kemarau panjang air terbatas à buang air susah dan banyak aktifitas buang air di sungai à air sungainya tercemar. Air yang digunakan bukan dari pdam namun dari sumur. Terdapat keterpaksaan mencuci bahan makanan dan mencuci tangan dengan menggunakan air keruh. Disinilah virus mulai menularkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab adalah kekeringan, tidak ada air. Pada saat kekurangan air, di kost – kost an mahasiswa 1 kamar mandi digunakan oleh banyak penghuni. Selain itu, para PKL pada saat banyak air saja susah untuk mendapatkan air bersih, bagaimana pada saat kekurangan air. Bagaimana merujuk kepada perilaku bersih jika tidak ada air yang tersedia dengan cukup. Sehingga dalam hal ini tidak perlu adanya saling menyalahkan satu sama lain terkait kasus KLB Hepatitis A. · Mulai dari diri sendiri untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara menyediakan dan menggunakan sabun dan air mengalir untuk cuci tangan. Selain itu mungkin bisa diusulkan untuk menyediakan vaksin hepatitis. |
6 | Disperindag | · KLB Hepatitis A yang berulang ini memerlukan upaya pencegahan yang sistematis, mengingat rantai penularan bisa dari faktor pedagang, konsumen, dan lingkungan dimana saat ini kasus hepatitis A tidak hanya di temukan di area kampus, namun juga mencakup seluruh wilayah Jember. Perlu adanya edukasi kepada semua kemungkinan rantai penularan, mulai dari pedagang di pasar sampai dengan penyaji makanan
· Upaya pengelolaan sampah dan revitalisasi pasar telah dilakukan disperindag untuk memutus mata rantai penularan dengan menyediakan fasilitas yang bersih dan sehat · Proses relokasi perlu adanya upaya pendekatan kepada PKL karena tidak mudah untuk mengajak PKL masuk ke dalam kampus, meninggalkan zona perdagangan yang saat ini mudah diakses. · Ada wacana untuk memfasilitasi gerobak PKL (seragam), namun saat ini masih bersifat swadaya sehingga gerobak yang ada masih menyesuaikan dengan kemampuan. Disperindang mengupayakan kerjasama dengan perusahaan BUMD untuk kolaborasi melalui jalur CSR terkait penyediaan fasilitas untuk PKL,seperti di alun – alun. |
7 | Dinas Koperasi | · Dinas koperasi memiliki program PIRT yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
· Tidak menutup kemungkinan PKL mendapatkan pembinaan dari perusahaan dan Dinas Koperasi sehingga dapat mendapatkan Surat Keterangan Usaha untuk mengajukan permodalan dimana tetap bekerjasama dengan perbankan. · Kedepannya apabila ada relokasi untuk tempat usaha, mungkin bisa diusulkan adanya paguyuban PKL untuk membentuk suatu koperasi untuk perekonomian lebih baik dan tertata yang nantinya akan ada pendampingan dari dinas koperasi, namun tentunya ada syarat dan ketentuan tertentu yang harus dipenuhi. |
8 | Dekan FKM | · Memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada semua pihak melalui edukasi dan penelitian untuk pencegahan dan penanggulangan masalah hepatitis.
· Terkait wacana relokasi PKL, pihak FKM akan memulai dan memfasilitasi dan akan membawa rekomendasi hasil pertemuan ini pada pimpinan UNEJ. · Perlu adanya kerjasama semua pihak, seperti pihak BAPPEDA melakukan pendekatan kepada Bupati, pembuatan proposal kepada PDAM terkait instalasi air, dan apabila penyediaan fasilitas air dapat direalisasikan maka pihak PKL memiliki tanggung jawab dalam hal pemeliharaan fasilitas, termasuk pembiayaan. · Butuh data konkrit, peran dan kerjasama lintas sektor untuk menanggulangi KLB hepatitis A,sehingga diharapkan hasil rekomendasi ini untuk ditindaklanjuti oleh masing – masing stakeholder dan tetap melakukan koordinasi bersama karena kasus KLB ini adalah tanggung jawab bersama. |
Kesimpulan :
- Edukasi berkelanjutan dimulai sebelum fase periode penyebaran virus hepatitis. Edukasi dilakukan mulai dari pedagang, penjamah makanan, serta konsumen.
- Perlu adanya peningkatan kesadaran terkait perilaku hidup bersih dan sehat yang dimulai dari diri sendiri.
- Perlu adanya perencanaan pencegahan dan penanggulangan hepatitis A baik jangka pendek dan jangka panjang secara sistematis.
- Kerjasama dan koordinasi lintas sektor dilakukan secara berkelanjutan.
- Program jangka panjang seperti relokasi PKL memerlukan political will yang besar dari para pemangku kebijakan, advokasi akan dilakukan lebih lanjut dalam formulasi policy bried dan di kirimkan kepada semua pihak terkait.